Site icon rajawalibandung.sch.id

RUPTL 2025–2034 Target Buka 1,7 Juta Lapangan Kerja, SDM Indonesia Siap?

Pemerintah Indonesia melalui Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 menargetkan penciptaan lebih dari 1,7 juta lapangan kerja baru di sektor kelistrikan. Langkah ini merupakan bagian dari upaya transisi energi nasional menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Namun, pertanyaan besar muncul: apakah sumber daya manusia (SDM) Indonesia siap mengisi peluang besar ini?


RUPTL 2025–2034: Peluang Besar di Sektor Kelistrikan

RUPTL 2025–2034 dirancang untuk mendukung transisi energi Indonesia dengan meningkatkan porsi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional. Dokumen ini menargetkan penciptaan lebih dari 1,7 juta lapangan kerja, dengan rincian sebagai berikut:

Dari total tenaga kerja di sektor pembangkitan, sekitar 91% termasuk dalam kategori green jobs, yang mencakup pekerjaan di pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), tenaga air (PLTA), tenaga panas bumi (PLTP), dan tenaga bayu (PLTB) .


Green Jobs: Masa Depan Tenaga Kerja Indonesia

Green jobs atau pekerjaan ramah lingkungan menjadi fokus utama dalam RUPTL 2025–2034. Pekerjaan ini tidak hanya mendukung transisi energi, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan pengurangan emisi karbon.

Beberapa sektor yang diproyeksikan menyerap tenaga kerja terbesar meliputi:

Namun, transisi menuju green jobs menuntut kesiapan SDM yang memiliki keterampilan dan pengetahuan khusus di bidang energi terbarukan.


Tantangan Kesiapan SDM Indonesia

Meskipun peluang besar tersedia, tantangan utama terletak pada kesiapan SDM Indonesia dalam mengisi posisi-posisi tersebut. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:

  1. Keterbatasan Keterampilan Khusus Banyak pekerjaan di sektor energi terbarukan memerlukan keterampilan teknis yang belum banyak tersedia di pasar tenaga kerja Indonesia saat ini. Misalnya, instalasi dan pemeliharaan panel surya, pengoperasian turbin angin, serta manajemen sistem penyimpanan energi .
  2. Kurangnya Pendidikan dan Pelatihan Sistem pendidikan dan pelatihan vokasional di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan industri energi terbarukan. Kurikulum yang relevan dan program pelatihan praktis sangat diperlukan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten.
  3. Distribusi Tenaga Kerja yang Tidak Merata Pembangunan infrastruktur energi terbarukan sering kali berlokasi di daerah terpencil atau luar Jawa. Hal ini menimbulkan tantangan dalam mendistribusikan tenaga kerja yang terampil ke lokasi-lokasi tersebut.

Upaya Pemerintah dan Sektor Swasta

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama dalam beberapa inisiatif:


Kesimpulan

RUPTL 2025–2034 menawarkan peluang besar bagi penciptaan lapangan kerja di sektor energi terbarukan. Namun, untuk memanfaatkan peluang ini secara optimal, diperlukan kesiapan SDM Indonesia dalam hal keterampilan, pendidikan, dan distribusi tenaga kerja. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan institusi pendidikan menjadi kunci dalam mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten dan siap menghadapi tantangan transisi energi.

Baca Juga : Respons Menteri Agama soal Beda Pendapat Penyembelihan Dam Jemaah Haji di Indonesia

Exit mobile version