Kabar meninggalnya Irianti Erningpraja datang seperti petir di siang bolong bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang tumbuh besar bersama lagu-lagu ciptaannya. Penyanyi bersuara khas ini tutup usia pada tanggal 27 Mei 2025, dalam usia 59 tahun. Ia meninggal dunia di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur, setelah beberapa waktu menjalani perawatan.
Dunia hiburan Indonesia pun kembali kehilangan satu bintang bersinar yang telah lama menjadi bagian penting dari perkembangan musik Tanah Air. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam dan nostalgia panjang tentang kontribusinya dalam dunia seni, terutama musik dan teater.
Irianti bukan hanya seorang penyanyi, ia adalah simbol dedikasi terhadap seni yang utuh—mulai dari panggung pertunjukan, lagu-lagu cinta dan perjuangan, hingga keteladanan dalam menjaga idealisme seniman sejati.
Bab 2: Latar Belakang dan Masa Muda
Irianti Erningpraja lahir pada tanggal 16 Oktober 1965. Sejak muda, ia telah menunjukkan ketertarikan besar terhadap seni dan olahraga. Sebelum akhirnya menapaki dunia hiburan, Irianti sempat menekuni olahraga renang secara serius. Ia bahkan menjadi atlet yang diperhitungkan pada masanya.
Namun, karena mengalami masalah sinusitis, ia terpaksa meninggalkan dunia olahraga yang telah menjadi bagian besar dari hidupnya. Keputusan ini tidak mudah, tetapi justru menjadi titik balik yang menuntunnya ke dunia seni yang akhirnya membuat namanya abadi dalam sejarah musik Indonesia.
Pascamasalah kesehatannya, Irianti bergabung dengan kelompok teater dan musik Swara Maharddhika yang dipimpin oleh Guruh Soekarnoputra. Di sinilah bakat menyanyinya mulai dikenal luas. Lingkungan kreatif yang dibangun oleh kelompok ini menjadi tempat yang sangat subur bagi Irianti untuk mengembangkan potensi dirinya di dunia seni pertunjukan.

Bab 3: Awal Karier di Dunia Musik
Tahun 1980-an adalah masa kejayaan musik pop Indonesia, dan Irianti adalah salah satu talenta yang bersinar di masa itu. Namanya mulai mencuat setelah beberapa kali tampil bersama Swara Maharddhika dalam pertunjukan yang menggabungkan musik, tari, dan drama.
Ia tidak hanya tampil sebagai penyanyi, tetapi juga sebagai penari dan aktris dalam berbagai produksi panggung yang mengedepankan nilai-nilai budaya Indonesia.
Salah satu momen penting dalam karier musiknya adalah saat ia menciptakan lagu berjudul “Salamku Untuknya”, yang dibawakan oleh Vina Panduwinata dalam Festival Lagu Populer Indonesia tahun 1983. Lagu ini tidak hanya sukses secara komersial, tetapi juga memperkenalkan nama Irianti sebagai pencipta lagu berbakat.
Bab 4: Puncak Karier dan Popularitas
Kesuksesan sebagai penulis lagu mendorong Irianti untuk melangkah lebih jauh dengan merilis album solonya. Pada tahun 1986, ia merilis album bertajuk “Kuharus Mencari” yang disusul oleh album kedua berjudul “Ada Kamu” pada tahun yang sama.
Album-album ini menampilkan keunikan vokal Irianti yang lembut namun kuat, dibalut dengan aransemen musik yang pada masanya terdengar modern sekaligus sarat nuansa emosional. Lagu-lagu seperti “Ada Kamu”, “Biarkan Aku Pergi”, dan “Kuharus Mencari” menjadi anthem bagi generasi muda saat itu, terutama bagi mereka yang sedang jatuh cinta atau patah hati.
Tak hanya suaranya yang merdu, kepribadian Irianti yang rendah hati dan intelektual juga membuatnya dihormati di kalangan rekan musisi dan penggemarnya. Ia dikenal sebagai sosok yang tak mudah tergoda popularitas semata. Ia tetap setia pada jalur seni yang ia yakini, bahkan ketika tren musik mulai berubah drastis.
Bab 5: Kiprah di Dunia Teater dan Seni Pertunjukan
Selain dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu, Irianti juga memiliki kontribusi besar dalam dunia teater Indonesia. Ia sering terlibat dalam pertunjukan teater musikal yang diselenggarakan oleh Swara Maharddhika dan kelompok seni lainnya. Ia tampil dalam berbagai produksi dengan tema-tema kebudayaan, sejarah, dan perjuangan.
Teater bagi Irianti bukan sekadar media hiburan, melainkan ruang untuk menyampaikan pesan-pesan sosial dan politik secara halus namun mengena. Dedikasinya terhadap dunia teater membuatnya dikenal sebagai seniman yang memiliki prinsip dan integritas.
Kolaborasi dengan seniman besar seperti Guruh Soekarnoputra, Erros Djarot, dan lainnya menjadikan Irianti sebagai bagian penting dari renaisans seni pertunjukan Indonesia di era 80-90an. Ia adalah simbol perempuan kuat yang menempatkan nilai dalam setiap karyanya.
Bab 6: Menepi dari Gemerlap, Menjadi Pengajar dan Inspirator
Seiring bertambahnya usia, Irianti mulai mengurangi penampilannya di panggung hiburan. Namun, bukan berarti ia berhenti berkarya. Ia memilih jalur pendidikan sebagai sarana untuk menularkan ilmunya kepada generasi muda.
Ia sempat menjadi dosen tetap di Institut Kesenian Jakarta dan beberapa lembaga pendidikan seni lainnya. Dalam kapasitas ini, Irianti menjadi sosok inspiratif yang dicintai murid-muridnya. Ia dikenal sabar, jujur, dan selalu membimbing dengan hati.
Banyak murid dan seniman muda yang mengaku mendapatkan pelajaran hidup dan seni dari sosoknya. Ia mengajarkan bahwa menjadi seniman bukan hanya tentang kemampuan teknis, tetapi juga tentang etika, tanggung jawab sosial, dan keberanian untuk bersuara melalui karya.
Bab 7: Kehidupan Pribadi yang Tertutup
Meskipun berkarier di dunia hiburan yang penuh sorotan, Irianti dikenal sebagai pribadi yang tertutup mengenai kehidupan pribadinya. Ia jarang mengekspos kehidupan rumah tangga atau hubungan pribadinya ke media.
Keputusan ini tampaknya sengaja ia ambil demi menjaga ketenangan hidupnya dan orang-orang terdekatnya. Sikapnya ini justru menambah rasa hormat publik terhadapnya. Ia memilih untuk dikenang lewat karya, bukan kontroversi.
Kepribadiannya yang tenang, anggun, dan cerdas menjadikan ia panutan bagi banyak perempuan Indonesia. Ia adalah sosok yang mampu membuktikan bahwa perempuan bisa kuat, berdaya, dan tetap lembut dalam bersikap.
Bab 8: Hari-Hari Terakhir dan Wafatnya
Pada beberapa tahun terakhir, Irianti dikabarkan mulai mengalami penurunan kondisi kesehatan. Ia sempat menjalani perawatan karena penyakit yang tidak disebutkan secara rinci kepada publik. Keluarga dan kerabat dekat memilih untuk menjaga privasi Irianti selama masa-masa sulit tersebut.
Tanggal 27 Mei 2025 menjadi hari yang kelam bagi dunia seni Indonesia. Irianti mengembuskan napas terakhir di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur. Kepergiannya membawa duka yang dalam, terutama karena ia adalah simbol dari generasi emas seni Indonesia yang kini semakin sedikit jumlahnya.
Berita duka ini cepat menyebar melalui media sosial dan grup komunitas seni. Ucapan bela sungkawa pun mengalir dari para tokoh, artis, sahabat, dan masyarakat umum.
Bab 9: Reaksi dan Ucapan Duka dari Sejawat
Banyak tokoh musik dan teater Indonesia yang mengenang Irianti sebagai pribadi yang penuh kasih dan pekerja keras. Penyanyi senior, aktor, hingga sutradara ternama mengunggah foto dan kenangan bersama Irianti sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Beberapa menyebutnya sebagai “mutiara seni Indonesia yang bersinar dalam kesunyian.” Ada pula yang mengenangnya sebagai “guru kehidupan yang tak hanya mengajarkan seni, tapi juga makna kemanusiaan.”
Berbagai komunitas seni bahkan menggelar malam renungan dan pertunjukan penghormatan untuk mengenang karya-karya serta dedikasinya.
Bab 10: Warisan Budaya yang Tak Terlupakan
Meski telah tiada, nama Irianti Erningpraja akan terus hidup melalui karya-karyanya. Lagu-lagunya tetap dikenang, dan pertunjukan-pertunjukan yang pernah melibatkan dirinya kini menjadi referensi penting dalam sejarah seni pertunjukan Indonesia.
Ia adalah contoh nyata bahwa karya seni yang jujur dan tulus akan bertahan melampaui zaman. Keberaniannya menolak mengikuti arus komersial demi menjaga kualitas dan idealisme layak menjadi teladan bagi seniman masa kini dan mendatang.
Lebih dari itu, Irianti meninggalkan warisan dalam bentuk inspirasi. Ia adalah simbol dari perempuan Indonesia yang merdeka, berpikir kritis, dan berkarya tanpa pamrih. Dunia seni Indonesia berhutang banyak kepadanya.
Penutup: Selamat Jalan, Irianti Erningpraja
Kabar duka atas meninggalnya Irianti Erningpraja membawa kita untuk kembali merenungi nilai-nilai luhur dalam dunia seni: ketekunan, kejujuran, dan keberanian menyuarakan kebenaran. Ia telah pergi, namun jejaknya tertanam kuat dalam lembar sejarah seni Indonesia.
Selamat jalan, Irianti. Terima kasih atas dedikasi, karya, dan cinta untuk negeri ini. Semoga engkau tenang di sisi-Nya, dan semoga kami yang ditinggalkan mampu meneruskan semangatmu dalam berkarya.
Baca Juga : Jelang TC Timnas Indonesia, Patrick Kluivert dan Alex Pastoor Sudah Tiba di Bali