Panggilan untuk menunaikan ibadah haji adalah impian setiap umat Muslim. Rukun Islam yang kelima ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim yang mampu, baik secara fisik maupun finansial. Bagi sebagian orang, perjalanan ke Tanah Suci bisa menjadi sebuah perjalanan seumur hidup yang membutuhkan persiapan matang. Namun, bagi Siti Aisyah (72) dan Abdul Rahman (68), dua lansia kakak beradik dari Serdang Bedagai, Sumatera Utara, perjalanan berhaji mereka menjadi simbol ketekunan dan kekuatan iman yang luar biasa, meskipun usia mereka sudah lanjut.
Kisah perjalanan mereka untuk memenuhi panggilan haji ini menjadi inspirasi banyak orang. Terlepas dari tantangan yang harus mereka hadapi, baik dalam hal biaya maupun kesehatan, tekad yang kuat untuk menunaikan ibadah haji mengantar mereka mencapai Tanah Suci. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai perjuangan dua lansia kakak beradik tersebut dalam mewujudkan impian besar mereka.
Latar Belakang Siti Aisyah dan Abdul Rahman
Siti Aisyah dan Abdul Rahman lahir dan dibesarkan di sebuah desa kecil di Serdang Bedagai. Sejak kecil, mereka telah dididik dalam keluarga yang taat beragama dan menghargai nilai-nilai spiritual. Dalam keluarga ini, ibadah adalah hal yang utama, dan keyakinan akan pentingnya menjalankan kewajiban agama sejak dini selalu ditanamkan oleh orang tua mereka.
Meskipun berasal dari keluarga yang sederhana, keduanya tumbuh menjadi pribadi yang pekerja keras. Siti Aisyah adalah seorang ibu rumah tangga yang menjual kue di pasar lokal untuk membantu perekonomian keluarga. Sedangkan Abdul Rahman, adik Siti Aisyah, bekerja sebagai petani, menggarap sawah milik keluarga. Kehidupan mereka tidaklah mewah, namun mereka hidup dengan penuh rasa syukur dan kebersamaan.
Sejak muda, Siti Aisyah dan Abdul Rahman sudah bercita-cita untuk menjalankan ibadah haji. Mereka sering berbicara mengenai keinginan ini, namun berbagai kendala membuat mereka harus menunda-nunda impian tersebut. Salah satu kendala terbesar adalah masalah biaya. Biaya untuk menunaikan haji bukanlah jumlah yang sedikit, dan dengan penghasilan mereka yang terbatas, hal itu seakan menjadi tantangan besar yang sulit dihadapi.
Namun, seiring berjalannya waktu, tekad mereka untuk menunaikan haji semakin kuat. Mereka merasa bahwa usia yang semakin lanjut membuat mereka tidak bisa menunda lagi. “Saya sudah terlalu tua untuk menunggu lebih lama. Ini adalah panggilan Allah yang harus saya penuhi,” kata Siti Aisyah ketika ditanya tentang niatnya untuk berhaji.

Tantangan yang Dihadapi dalam Perjalanan Menuju Haji
Untuk menunaikan ibadah haji, banyak rintangan yang harus dihadapi oleh Siti Aisyah dan Abdul Rahman, baik dari segi fisik, mental, maupun keuangan.
1. Masalah Keuangan
Salah satu tantangan terbesar bagi Siti Aisyah dan Abdul Rahman adalah masalah keuangan. Meskipun mereka telah menabung selama bertahun-tahun, jumlah yang terkumpul belum cukup untuk menutupi biaya haji yang cukup besar. Haji adalah ibadah yang membutuhkan dana yang tidak sedikit, dengan biaya yang bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mereka memutuskan untuk menambah usaha mereka. Siti Aisyah mulai berdagang lebih giat di pasar, menjual kue dan makanan ringan. Abdul Rahman juga bekerja keras di ladang, menjual hasil pertaniannya dan menyisihkan sebagian penghasilannya untuk tabungan haji.
Selain itu, mereka juga menerima bantuan dari keluarga dan tetangga yang turut mendukung impian mereka. Masyarakat sekitar mereka, yang mengenal ketekunan dan kesabaran Siti Aisyah dan Abdul Rahman, mulai memberikan sumbangan dan doa agar mereka bisa segera berangkat ke Tanah Suci. Dukungan ini memberikan semangat tambahan bagi kedua lansia tersebut untuk terus berusaha.
2. Kondisi Kesehatan
Selain masalah keuangan, kondisi kesehatan Siti Aisyah dan Abdul Rahman juga menjadi perhatian besar. Pada usia 72 dan 68 tahun, tubuh mereka tidak lagi sekuat dulu. Siti Aisyah, yang sudah mulai merasakan sakit pada sendi-sendi tubuhnya, harus memastikan dirinya tetap bugar untuk melakukan perjalanan panjang dan melelahkan ke Tanah Suci. Abdul Rahman pun mengalami beberapa masalah kesehatan, terutama di bagian punggung dan lutut yang sering kali terasa nyeri.
Namun, mereka tidak menyerah. Mereka berdua memutuskan untuk menjaga kesehatan mereka dengan rajin berobat, makan makanan yang sehat, dan melakukan olahraga ringan untuk menjaga kebugaran tubuh. Meskipun usia sudah lanjut, mereka berusaha untuk memastikan tubuh mereka siap menjalani perjalanan haji yang memerlukan stamina dan ketahanan fisik.
3. Persiapan Administratif dan Pembekalan
Setelah berhasil mengumpulkan dana yang cukup, mereka mulai mempersiapkan segala kebutuhan administratif untuk keberangkatan. Mengurus paspor, visa, dan berbagai dokumen lain yang diperlukan untuk perjalanan haji menjadi bagian dari tantangan yang harus mereka hadapi. Beruntung, proses administratif ini dapat mereka lalui dengan bantuan petugas dari kantor urusan haji setempat.
Tak hanya itu, mereka juga mengikuti berbagai pembekalan yang diadakan oleh Kementerian Agama. Meskipun usia sudah lanjut, mereka tetap berusaha untuk memahami seluruh prosedur ibadah haji dengan baik. Mereka belajar tentang tata cara ibadah haji, doa-doa yang perlu dibaca, dan aturan-aturan yang harus dijalani selama berada di Tanah Suci. Siti Aisyah dan Abdul Rahman sangat serius mempersiapkan diri agar bisa menjalani ibadah haji dengan baik dan penuh kekhusyukan.
Perjalanan Menuju Tanah Suci
Setelah melalui berbagai perjuangan, akhirnya pada tahun 2025, Siti Aisyah dan Abdul Rahman berhasil mendapatkan kesempatan untuk berangkat haji. Mereka bergabung dengan rombongan haji asal Indonesia dan memulai perjalanan panjang menuju Tanah Suci.
Setibanya di Tanah Suci, mereka merasa sangat terharu. Setiap langkah mereka menuju Masjidil Haram, tempat Ka’bah berada, dipenuhi dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Bagi mereka, ini adalah momen yang sangat dinantikan sepanjang hidup mereka. Mereka merasa bahwa perjalanan ini adalah wujud nyata dari doa-doa yang mereka panjatkan selama bertahun-tahun.
Ibadah Haji yang Penuh Makna
Meskipun usia mereka sudah senja, Siti Aisyah dan Abdul Rahman tidak merasa kesulitan untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka dengan penuh ketekunan menjalani setiap rangkaian ibadah, mulai dari tawaf mengelilingi Ka’bah, shalat di Masjidil Haram, hingga wukuf di Arafah. Keduanya merasa sangat bersyukur karena akhirnya dapat menunaikan rukun Islam yang kelima ini.
Momen-momen seperti melempar jumrah di Mina, melakukan thawaf ifadah, dan berdoa di Maqam Ibrahim menjadi kenangan yang tak ternilai. Bagi mereka, ibadah haji bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam, mengingat mereka dapat berdoa langsung di hadapan Ka’bah yang sangat diagungkan oleh umat Islam.
Pelajaran yang Dapat Diambil
Perjalanan Siti Aisyah dan Abdul Rahman untuk memenuhi panggilan haji mengajarkan banyak pelajaran berharga. Pertama, tekad yang kuat dan keyakinan yang tulus bisa mengalahkan segala rintangan. Mereka menunjukkan bahwa tidak ada yang terlalu sulit untuk dicapai jika kita memiliki niat yang kuat dan semangat yang tinggi.
Kedua, kisah mereka juga mengingatkan kita akan pentingnya berusaha dan menjaga kesehatan, tidak peduli seberapa besar tantangan yang ada. Mereka menunjukkan bahwa meskipun usia sudah lanjut, bukan berarti kita tidak bisa menjalani impian dan memenuhi kewajiban agama dengan baik.
Terakhir, kisah mereka menggambarkan bagaimana sebuah komunitas yang saling mendukung bisa membawa perubahan besar dalam hidup seseorang. Dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat sekitar menjadi faktor penting dalam perjalanan mereka untuk menunaikan ibadah haji.
Kesimpulan
Kisah Siti Aisyah dan Abdul Rahman adalah sebuah bukti nyata bahwa tekad yang kuat dan semangat pantang menyerah dapat mengatasi segala rintangan. Walaupun mereka sudah lanjut usia, mereka berhasil menunaikan ibadah haji, memenuhi panggilan Allah yang menjadi impian mereka sejak lama. Perjalanan mereka memberikan inspirasi bagi banyak orang, mengajarkan kita untuk selalu percaya pada diri sendiri, menjaga kesehatan, dan terus berusaha mengejar impian, tidak peduli seberapa besar tantangan yang harus dihadapi.
Baca Juga : PSSI Kembali Jual Tiket Timnas Indonesia vs China via Kita Garuda ID Mulai Senin, 19 Mei 2025